Hai suami, aku baru sadar ternyata dua tahun ini usia pernikahan kita sudah bisa dihitung dengan dua jari.
Ah, masih dini memang. Kalah jauh sama kisah cintanya Pak SBY dan Bu Ani, atau Pak Habibie dan Bu Ainun.
Hidup dari hari ke hari, aku belajar bahwa jodoh ternyata ada masanya. Dulu aku mengira kalau sudah menikah, udah pasti jodoh dan akan bersama selamanya.
Eits, belum tentu.
Ternyata jodoh bukan cuma soal siapa tapi juga berapa lama dua individu ditakdirkan bersama.
Ah, syukurlah jodohku sampai saat ini masih kamu. Aku nggak tau gimana hidupku kalau nggak sama kamu. Ya, pasti (dengan pertolongan Yang Maha Penolong) akan baik-baik aja tapi saat ini dengan kamu aku sudah merasa cukup dan penuh.
You are more than enough, Mas.
Aku akan selalu berdoa semoga jodoh kita berdua panjang, semoga jodohku sampai kapanpun dan apapun fase kehidupan (dan sampai akhir nanti) itu kamu.
Omong-omong, aku gapapa kamu lupa tanggal dan tahun berapa aku lahir, tapi aku akan patah hati kalau sampai kamu lupa tanggal dan tahun berapa kita menikah. Kalau bisa sih, tepatnya jam dan menit ke-berapa ketika dua saksi laki-laki yang adil bilang “SAH!” di hari akad kita juga sepertinya harus kamu ingat 😊
Syukur lah sampai detik ini ketika aku melontarkan pertanyaan receh terkait hal itu, kamu masih bisa menjawab dengan detail 🙂
Selamat hari jadi pernikahan yah, suamiku.
Ayo kita usahakan terus rumah tangga yang penuh ketentraman dan ketenangan, rasa cinta dan kasih sayang serta belas kasih dan saling menghargai dalam naungan Allah subhanahu wa ta’ala.

Maison Tatsuya, Februari 2025Ditulis ba’da isya di Tangerang Selatan, menjelang waktu tidur.
Tabik,
