[Vacation] 4D3N + 1D di Kuala Lumpur, Perjalanan ke Malaysia dan Dramanya (Part 2/2)

Yeay, drama part terakhir!

Untuk part 1 teman-teman bisa baca di sini, [Vacation] 4D3N + 1D di Kuala Lumpur, Perjalanan ke Malaysia dan Dramanya (Part 1/2).

Chapters (klik link pada tulisan untuk menuju chapters yang dituju):

  1. Hari Keempat: Paspor Ditolak, HP Hilang, Hampir Ketinggalan Pesawat [Sabtu]
  2. Bonus: Hari Kelima [Minggu]

Hari Keempat: Paspor Ditolak, HP Hilang, Hampir Ketinggalan Pesawat [Sabtu]

Saatnya pulang!

Hore!

Alhamdulillah kondisi saya pada hari ini sudah jauh lebih baik, nggak ada lagi demam disertai sendi-sendi di badan yang rasanya bikin tulang mau rontok.

Jam 9 kurang kami sudah checkout dari hotel. Sarapan terlebih dahulu di Ali, Muthu & Ah Hock Kopitiam. Selama berada di Kuala Lumpur, sepertinya ini menjadi tempat makan favorit versi lidah saya. Semuanya pas, mulai dari rasa rempah ayam di nasi lemaknya yang lebih light dibandingkan beberapa nasi lemak yang saya makan di Kuala Lumpur, sampai desain tempatnya yang khas ala-ala warung makan jadul namun tetap bersih dan nyaman.

Ali, Muthu & Ah Hock

Saat itu, kami pesan nasi lemak ayam goreng, roti bakar kaya, kari ayam dan roti bakar, telur rebus, teh tarik dan air mineral.

Rasa ayam gorengnya enaaak sekali. Mirip ayam goreng lengkuas namun rasanya lebih medhok dan super gurih. Sungguh pas disajikan dengan nasi lemak yang hangat, telur rebus serta taburan kacang dan sambal ikan teri Bilis. Bedanya dari Nasi Lemak Wanjo Kampung Baru, sambal ikan teri bilisnya pedas. Sempurna buat lidah saya. Ini pesanan Suami, di last minute sebenarnya saya ingin pesan menu yang sama tapi mengingat waktu harus segera ke bandara mau nggak mau harus mengikhlaskan keinginan tersebut.

Teh tariknya jangan ditanya, surga duniaaa. Terus roti bakar kaya-nya mirip sekali dengan kaya toast yang ada di Ya Kun Kaya Toast. Kaya toast ternikmat versi saya. Roti panggang yang hampir kering, dilengkapi salted butter yang hampir meleleh di atas olesan selai kaya yang khas.

Pulang dengan hati dan perut yang penuh, ah, priceless!

_____

Setibanya di KLIA2, di sini lah detik-detik drama baru dimulai. Tidak lah namanya kehidupan kalau nggak ada yang namanya drama, ya nggak?

Sebenarnya kami tiba sudah tepat waktu. Namun mungkin gara-gara saya juga yang set waktu terlalu mepet dan lupa kalau Kuala Lumpur – Medan adalah penerbangan internasional. Di penerbangan internasional, sudah pasti harus melewati imigrasi yang antriannya “sepanjang” The Great Wall of China itu. Belum lagi harus spare waktu jaga-jaga kalau ada kejadian yang tidak terduga.

_____

Dua jam setengah sebelum keberangkatan, kami sudah berada di KLIA2 dimana artinya sudah 30 menit berjalan counter check-in untuk penerbangan internasional dibuka. Skip ahead, butuh waktu sekitar satu jam dari mulai menunggu agen Mkaz Car Rental yang ternyata datang terlambat menjemput mobil, proses serah terima mobil, proses jalan sampai tiba di counter check-in.

Ketika tiba di counter check-in, antrian saat itu sudah mengular. Setelah menjelaskan kondisinya kepada petugas, kami diarahkan untuk check-in dan drop bagasi mandiri agar prosesnya lebih cepat. Dengan sigap, kami langsung menuju salah satu self check-in machine.

Tap-tap beberapa instruksi di layar, tibalah saatnya untuk scan paspor kami bertiga. Proses berjalan dengan sangat lancar dan cepat saat mesin membaca paspor Suami dan Mama. Selanjutnya giliran saya.

Eng ing eng!

*drum roll*

Paspor saya ditolak oleh mesin.

JEDER!

Tiga kali saya coba scan, hasilnya sama. Paspor saya tidak bisa terbaca, dan di layar tertulis harus menghubungi petugas di check-in counter.

Ya Allah, di saat detik-detik terakhir? Tolong hamba.

Berjalan dengan lebih cepat, saya dan Suami segera menuju check-in counter. Karena kondisi ini dan mengingat flight yang nggak lama lagi, kami diperbolehkan memotong antrian dan langsung dilayani saat itu juga.

Setelah menyerahkan paspor dan HP saya yang tertera kode booking penerbangan, nggak pakai lama check-in akhirnya berhasil.

Alhamdulillah.

Proses selanjutnya, drop bagasi. Saya lupa saat itu kenapa kami nggak bisa langsung drop bagasi di check-in counter dan alih-alih kembali diarahkan menuju mesin self baggage drop.

Terburu-buru kami kembali menuju self baggae drop machine. Ada beberapa antrian di sana, tapi nggak lama. Singkat cerita, akhirnya bagasi kami masuk dan bisa langsung proses ke bagian selanjutnya, antri imigrasi.

_____

Sesuai dugaan, imigrasi saat itu sudah padat antrian. Mengingat ini weekend dan siang hari, combo yang pas untuk orang-orang bepergian. Kami memulai antrian pada baris keenam mendatar. Beberapa lama, saat posisi kami maju dan ada di baris ketiga, saya sadar kalau … HP saya nggak ada!

Astaghfirullah.

Saat itu juga saya cari di seluruh kantong baju, sling bag dan juga backpack yang saya gunakan.

Nihil.

Nggak ada.

Beberapa kali saya cek kembali, hasilnya sama.

HP saya nggak ada.

Suami dan Mama pun ikut mencari ke bawaan masing-masing, kalau-kalau HP saya terbawa oleh mereka. Jawabannya sama, HP saya nggak ada.

Berbagai dugaan muncul.

Jangan-jangan jatuh? Tapi nggak mungkin, karena apa yang saya kenakan seluruhnya punya zipper. Dan saat mencari sekarang, semua zipper tas saya tertutup.

Atau jangan-jangan ada yang copet sedari antri imigrasi? Jelas nggak mungkin lah, karena daritadi yang berada di belakang saya adalah Suami. Pasti beliau sadar kalau ada yang mencoba merogoh tas saya, belum lagi ada beberapa petugas AVSEC yang berjaga. Mana ada yang berani copet di antrian imigrasi.

Setelah berpikir beberapa saat, hal yang paling masuk akal adalah HP saya tertinggal saat berada di check-in counter tadi. Saya jadi ingat, tadi saat menyerahkan HP yang berisi kode booking penerbangan ke petugas untuk proses check-in, saya lupa meminta kembali HP saya ketika petugas mengarahkan kami menuju self baggage drop.

Astaghfirullah, lagi, ya Allah? Baiklah, bismillah.

Setelah diskusi sebentar dan mendapat restu Suami, saya izin ke petugas AVSEC di belakang untuk keluar lagi menuju check-in counter.

Diperbolehkan.

Alhamdulillah.

_____

Dengan sedikit berlari, saya langsung menuju area check-in counter. Hanya selang beberapa belas menit, petugas check-in sudah berganti. Saya langsung bertanya apakah melihat HP dengan case gold yang tertinggal di sekitar meja check-in atau tidak. Petugas berkata tidak melihat, namun beliau dengan berbaik hati langsung meminjamkan HP-nya untuk hubungi nomor SIM card yang saya miliki.

Nada tersambung namun tidak ada yang mengangkat. Di sekitar meja check-in juga tidak terdengar nada dering dari HP yang saya miliki, padahal saya yakin tidak menonaktifkan nada deringnya. Tiga kali saya hubungi, tersambung, namun nihil. Tidak ada yang mengangkat dan tidak terdengar nada dering apapun di sekitar.

Hopeless sudah.

Jantung saya jadi deg-degan.

Ya Rabbi, mudahkan lah.

Nggak bisa berlama-lama, mau nggak mau saya harus segera balik ke antrian imigrasi karena pesawat akan berangkat kurang dari satu jam lagi. Saat bertemu kembali dengan Suami dan Mama, saya katakan kalau HP-nya nggak ketemu. Saat itu saya langsung izin ke Suami apakah boleh saya stay di sini sementara untuk mencari HP itu dan akan terbang ke Medan di penerbangan selanjutnya atau maksimal esok hari. Jelas, Suami langsung menolak ide saya, hahaha.

Beneran, udah nggak ada harapan lagi, pikir saya.

Di saat menit-menit petugas akan memeriksa paspor kami, saya terdiam, merenung. Kenapa beberapa puluh menit lalu saya se-lupa itu terhadap barang-barang bawaan pribadi? Padahal seringnya saya selalu double check apa-apa aja barang yang dibawa atau ditinggal.

Qodarullah wa maa syaa-a fa’ala. Takdir Allah, dan apapun yang dikendaki-Nya pasti terlaksana.

Suami tampaknya mengerti pikiran saya. Beliau langsung bilang untuk diikhlaskan saja, mungkin rezekinya memang sampai di sini.

Tapi langsung mengikhlaskan saat itu juga masih beraaaat sekali rasanya.

Singkat cerita, setelah petugas imigrasi selesai cek paspor, kami langsung setengah berlari menuju waiting room. KLIA2 itu panjaaaang sekali. Lebih lelah ditelusuri dibanding Terminal 3 Soekarno-Hatta International Airport. Saya sempat browsing kenapa KLIA2 sangat “ramai” oleh bisnis retail. Ternyata memang konsepnya “fresh airport within a mall concept”.

Fiuh, pantas aja.

_____

Kami tiba di gate keberangkatan persis ketika petugas mau menutup pintu. Syukurnya kami masih diperbolehkan masuk ke dalam pesawat. Telat semenit aja mungkin tiket yang dibeli sudah hangus. Huhuu terima kasih, ya Allah. Selalu ada syukur, diberbagai cobaan.

_____

Di pesawat, kurang lebih selama 45 menit terbang saya nangis, hahaha. Bukan nangis sesunggukan memang, cuma sedih aja namun air mata terus berlinang ^^)9. Merasa bersalah karena se-careless itu. Mempertanyakan diri sendiri kenapa saat terburu-buru jadi nggak aware sama barang pribadi. Mempertanyakan diri sendiri kenapa saya set jadwal yang mepet untuk penerbangan internasional tanpa memperhitungkan mungkin saja ada kejadian-kejadian yang tidak terduga yang akan terjadi.

Suami menenangkan dan meyakinkan memang mungkin sampai di sini lah rezeki saya dan HP ini. Allah yang ambil, Allah yang ganti. Rezeki juga datangnya dari Allah. Bagi saya selain rezeki materi, iPhone 12 ini adalah pemberian Suami di suatu momen penting dalam milestone hidup kami berdua. Bukan hanya sekadar “iPhone”, tapi ini adalah bukti penanda from something bigger in his life. Value-nya jadi tidak bisa ditakar dengan uang dan barang karena ada nilai sentimentalnya.

Namun saat itu rasanya memang sudah tidak ada lagi harapan. Saya mencoba ikhlas dan meyakinkan diri rezeki saya dan HP ini memang hanya sampai di sini.

_____

Apa rasanya hidup tanpa HP? Baru beberapa jam landing saya merasa gabut, HoPe-less, hahaha. Setelah selesai proses ke-imigrasi-an, makan dan check-in di hotel Horison Sky Kualanamu (Mama akan flight kembali ke Sibolga besok pagi jadi tidak ikut ke rumah Ibu mertua di Medan), saya dan Suami istirahat di hotel sebentar.

Saat itu tanpa bilang-bilang, Mama iseng menelepon nomor SIM card yang saya miliki. Padahal kalau dipikir-pikir, diangkat juga useless. Kami sudah di Indonesia.

Eh, bener.

Diangkat!

Ya Allah, apa ini? Kabar baik kah? Namun saya sudah di Indonesia?

Yang angkat seorang wanita. Setelah menjelaskan saya siapa, beliau mengatakan kalau HP ini memang benar ketinggalan di meja check-in counter.

Alhamdulillah.

Syukur, beliau sangat berbaik hati mengangkat teleponnya dan tidak berniat buruk. Mendengar itu sesungguhnya ada harapan HP saya akan kembali.

_____

Singkatnya, setelah berdiskusi, memikirkan beberapa opsi, menimbang segala sesuatunya dengan Suami, diputuskan lah besok saya akan kembali ke KLIA2 untuk mengambil HP saya yang tertinggal.

Dag-dig-dug.

Meskipun ada angin segar, namun dalam waktu beberapa jam ke depan siapa yang bisa memastikan kalau HP saya benar-benar akan kembali ke tangan saya? Gimana kalau sampai sana ternyata sudah tidak ada? Gimana kalau sia-sia dan saya pulang dengan tangan kosong?

Ya Rabbi, jaga lah harapan hati ini. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nasir.

Malam itu, saya stay di hotel bersama Mama karena besok pagi-pagi sekali akan flight kembali ke Kuala Lumpur.

Bismillah.

WhatsApp dari Suami menenangkan saya

Bonus: Hari Kelima [Minggu]

Minggu pagi, saya flight sekitar jam tujuh dari Kualanamu – Medan. Sepanjang penerbangan, saya rapalkan banyak doa agar urusan hari ini dipermudah oleh Allah Yang Maha Agung. Setelah landing, urusan di imigrasi dan lainnya, saya kembali melangkahkan kaki ke terminal keberangkatan di lantai paling atas KLIA2. Tanpa babibu saya langsung menuju check-in counter maskapai AirAsia.

Sesuai dugaan, petugasnya pasti lah sudah berganti. Setelah bertanya dan menjelaskan keadaan kepada petugas yang berjaga, beberapa mereka yang di sana bilang tidak mengetahui dan dari kemarin tidak ada perbincangan tentang HP customer yang ketinggalan.

Saya nggak bisa terlalu lama ngobrol dengan mereka karena pada saat itu mereka juga harus bekerja melayani calon penumpang.

Berpikir sesaat, saya putuskan menuju counter Lost & Found Centre yang lokasinya ada di lantai yang sama. Sayangnya saat itu tidak ada petugas yang berjaga di sana. Ada nomor Whatsapp yang tertera dengan tulisan contact center. Dengan sigap langsung saya telepon nomor yang bersangkutan.

Satu kali.

Dua kali.

Tersambung, namun nggak ada yang angkat.

Saya googling website KLIA2 sebentar untuk memastikan apakah nomor contact center Lost & Found Centre KLIA2 masih yang itu atau sudah berganti. Ternyata nomornya masih sama dengan yang tertulis di meja counter. Tapi, yang bikin saya patah hati saat itu juga adalah, di website tertulis bahwa operating hours mereka hanya dari Senin-Jumat.

Astaghfirullah.

Mau nangis, rasanya.

Ya Allah.

Namun saya nggak patah arang. Saya yakin, bersama kesulitan, pasti ada kemudahan.

Saya telepon bolak-balik beberapa kali, mungkin ada 10 menitan namun tetap nggak diangkat. Saya WhatsApp, memperkenalkan diri dan menjelaskan kondisinya seperti apa, jaga-jaga kalau ada yang standby agar mereka bisa langsung menghubungi saya.

Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit, belum ada balasan walaupun centang dua berwarna abu-abu sudah tergambar di layar.

_____

Penanda waktu di pergelangan tangan menunjukkan pukul 10 pagi waktu Malaysia. Rencananya jam 1 siang saya akan flight kembali menuju Medan dengan ataupun tanpa HP yang hilang karena Suami tidak mengizinkan saya bermalam. Tidak banyak penerbangan ke Medan pada hari itu. Hanya ada jam 1 siang, jam 2 siang dan jam 10 malam.

Suami hanya memberikan izin sampai siang. Baiklah, artinya batas waktu saya untuk menemukan HP ini adalah sampai jam 11 pagi.

Satu jam lagi.

_____

Sebelum ikhtiar terakhir, kali ini saya berdoa kembali. Kalau memang rezekinya sampai di sini, semoga saya diberi hati yang lapang dan luas. Kemudian saya ingat doa nabi Musa ‘Alaihis Salam ketika dalam kesulitan yang pernah Suami ajarkan.

Rabbi inni lima anzalta ilayya min khoirin faqiir. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepada ku.

_____

Ikhtiar terakhir, saya mencari security atau siapapun dari AirAsia yang kira-kira bisa membantu saya. Saya kelilingi terminal keberangkatan dari ujung ke ujung.

Satu kali keliling, saya tidak bertemu siapapun yang kira-kira bisa membantu saya. Bertanya kepada petugas Information Counter KLIA2 di dekat pintu masuk terminal mengenai kantor layanan AirAsia, mereka mengatakan sebelumnya ada di lantai bawah tapi sudah tidak beroperasi.

Dua kali keliling, saat itu Allah subhanahu wa ta’ala seperti langsung menjawab doa dan harapan saya. Dari jarak hanya beberapa meter, saya lihat seseorang yang menggunakan baju kerah berwarna hitam dengan liris-liris merah, berjalan seperti ingin melewati saya. Di bagian dadanya tertulis customer service AirAsia.

Alhamdulillaaaah.

Segala puji hanya bagi Allah.

_____

Nggak pakai mikir, saya berhentikan sosok tersebut, memperkenalkan diri dan langsung menceritakan kronologinya. Kelihatan beliau kaget ada orang dengan bahasa asing meminta bantuan dan menjelaskan kondisinya panjang lebar, hahaha. Beruntung, saya langsung dibawa kembali ke check-in counter AirAsia. Beliau menyuruh saya menunggu sebentar, sementara menghubungi seseorang lainnya.

Kemudian beliau datang dengan seorang perempuan. Setelah ngobrol dan bertanya ini itu, perempuan tersebut terlihat mengecek jadwal dan menghubungi beberapa orang yang kemarin bertugas di check-in counter.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba.

Setelah menelepon beberapa orang, akhirnya ada seseorang yang ternyata melayani saya kemarin dan mengatakan HP saya memang ketinggalan. Orang tersebut langsung menyerahkan HP itu ke counter Lost & Found.

Berbekal informasi ini saya dan bang Andy, abang customer service tadi langsung menuju counter Lost & Found yang saya datangi sebelumnya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih banyak kepada Kakak yang telah menolong saya dengan meluangkan waktu di sela-sela kerjaannya untuk bertanya kepada teman-temannya. Allah yang akan balas, Kak.

Sampai di sana, counter Lost & Found masih tidak ada orang dan WhatsApp saya masih belum juga dibalas.

Saya telepon kembali beberapa kali. Pada telepon yang ketiga, alhamdulillah ada yang mengangkat. Saya serahkan langsung ke bang Andy, agar beliau yang menceritakan masalahnya.

_____

Sekitar 10 menit saya dan bang Andy menunggu. Tiba-tiba datang seseorang lainnya, yang ternyata adalah petugas yang tadi bicara dengan bang Andy. Beliau membawa sebuah kotak karton berwarna cokelat, membuka isinya, dan mengambil barang yang saya harapkan sedari kemarin, HP 6,1 inchi dengan case berwarna gold yang sangat familiar di mata saya.

Senang yang tak terbendung! Mungkin kalau nggak ingat usia dan jaga sikap, saya bisa lompat-lompat kegirangan seperti anak kecil yang diberi lollipop oleh orang tuanya.

Setelah cek paspor dan membuka lock screen di hadapan mereka berdua, saya diminta untuk mengisi sebuah form dan dipersilakan membawa HP ini.

Ah, lega.

I’m forever grateful, ya Rabbi.

Chat saya ke Suami yang mengabarkan kondisi terbaru

_____

Penanda waktu sudah di angka 11 lewat 15 menit saat saya selesai mengurus per-administrasian pengambilan HP. Saat ingin membeli tiket go show dari loket penjualan tiket di KLIA2, saya sudah tidak diperbolehkan lagi membeli tiket untuk penerbangan jam 1 siang, hahaha. Waktunya memang sudah sangat mepet.

Mau nggak mau saya harus pindah terminal ke KLIA1 karena penerbangan ke Medan selanjutnya yang ada di jam 2 siang, dilayani oleh Malaysia Airlines.

Tidak mau ketinggalan lagi, saya langsung terburu-buru ke lantai bawah. Ada fasilitas train yang bisa digunakan untuk pindah terminal. Kurang dari 10 menit saya sudah berada di KLIA1.

Jam 4 sore waktu Medan, akhirnya saya bertemu Suami yang datang menjemput.

Alhamdulillah.

_____

So long, Kuala Lumpur. Kapan-kapan saya mampir lagi, ya.

Berfoto di Kuala Lumpur City Gallery

Semoga ada yang bisa dipelajari dari apa yang saya ceritakan.

Tabik,

2 thoughts on “[Vacation] 4D3N + 1D di Kuala Lumpur, Perjalanan ke Malaysia dan Dramanya (Part 2/2)

Leave a comment