*featured image dari Blog by Yunus Karim.
Berawal dari DM sederhana pagi ini melalui Instagram saya yang menanyakan perihal biaya hidup di Jakarta, dan untungnya di Sabtu mendung sendu ini saya lagi rajin menulis, maka jadilah siang ini saya membuka kembali WordPress yang sudah lama sekali tidak saya sentuh. Salut deh, sama orang-orang yang konsisten menulis :’)
Oke, jadi, berapa sih biaya hidup di Jakarta?
Disclaimer dulu, apa yang akan saya sampaikan adalah tentang kisaran biaya hidup saya yang sudah berkeluarga, per bulannya semenjak menetap di Jakarta Selatan pada Februari 2018 sampai sekarang (sempat pindah kembali ke Medan selama tujuh bulan) dengan total waktu satu tahun empat bulan. Jadi, untuk kisaran biaya hidup terutama tempat tinggal di pinggir Jakarta (BoDeTaBek), mohon maaf saya nggak banyak mencari informasi.
Sebelum bahas total biaya hidup, harus kita pecah dulu nih satu-satu, biaya hidup itu termasuk apa aja sih?
1. Kebutuhan Pokok
Nah untuk ini istilahnya kalau nggak dipenuhi ya meninggal^^ alias biaya makan. Banyak yang berpikir kalau biaya bahan pokok di Jakarta mahal, padahal enggak sama sekali. Sebagai pembanding, biaya bahan pokok di Papua tentu lebih mahal ketimbang di pulau Jawa dan Sumatera (domisili terakhir saya di Sumatera) karena memerlukan biaya distribusi yang cukup besar. Kalau masak makanan sendiri, sudah pasti murah kok, bener deh. Walaupun masih tergantung beli bahan pokoknya di mana. Kalau beli di pasar tradisional tentu lebih murah dibanding membeli bahan pokok di supermarket besar.
Nah, beda cerita kalau beli makanan yang sudah jadi. Biaya beli makanan jadi di Jakarta sedikit lebih mahal dibanding biaya beli makanan jadi seperti di kota Medan (saya pakai Medan karena domisili terakhir saya di sana). Sebagai contoh, nasi padang rumahan (bukan Pagi Sore/Sederhana/Garuda) di Medan, bisa dibeli seharga Rp8.000,00 sampai dengan Rp15.000,00. Sedangkan di Jakarta, nasi padang dimulai dari harga Rp20.000,00. Jadi, ya, tentukan sendiri. Mau masak atau mau beli?
Di bagian ini, jangan lupakan kebutuhan esensial lainnya ya seperti sabun, shampoo, sikat dan pasta gigi, deodorant serta skin care (face wash juga termasuk skin care :p).
2. Tempat Tinggal
Kalau saya bisa bilang, biaya tempat tinggal adalah penyumbang terbesar dalam rincian biaya hidup versi saya. Di Jakarta, pilihan tempat tinggal ini beragam. Mulai dari kost-kostan, kost eksklusif atau paviliun, rumah susun/apartemen serta rumah tapak (landed house). Yang akan saya bahas sesuai dengan keadaan saya yang sudah berkeluarga dan hasil survey saya dulu adalah kost eksklusif/paviliun, apartemen dan landed house.
Kost eksklusif/paviliun untuk keluarga dengan double bed, kisaran harga sewa per bulannya dimulai dari Rp2.500.000,00 sampai dengan Rp10.000.000,00. Semakin lengkap fasilitas dan luas bangunannya, maka akan semakin mahal. Mungkin ada yang belum tahu, kost eksklusif ini mirip seperti hotel. Semua sudah tersedia mulai dari spring bed, bed cover, kamar mandi dengan toilet yang rata-rata sudah duduk, water heater, hair dryer, lemari, TV, wifi, dapur mini dan kulkas di dalam kamar, furniture, dan lain-lain. Bahkan, di beberapa bangunan sudah tersedia parkiran, kolam renang, cafe, dapur besar beserta peralatannya dan mesin cuci untuk dipakai bersama.
Saya juga pernah ketemu dengan paviliun di Jakarta Selatan yang harga sewanya Rp750.000,00 sampai Rp1.300.000,00. Tapi, ya, kosong. Nggak ada fasilitas apapun di dalamnya. Jadi harus ngeluarin biaya tambahan untuk mengisi paviliunnya.
Selanjutnya, apartemen. Biaya sewa apartemen di Jakarta Selatan per bulannya dimulai dari Rp3.500.000,00 (tipe studio) sampai dengan Rp35.000.000,00. Apartemen pun bermacam-macam pilihannya, ada yang tipe studio, ada yang satu kamar tidur hingga empat kamar tidur, serta ada yang full furnished ataupun yang kosong. Kalau memutuskan tinggal di apartemen, jangan hanya melihat biaya dasarnya. Umumnya di apartemen, akan ada biaya maintenance, parkir, dan lain-lain tergantung kebijakan apartemennya. Jadi mungkin, akan menghabiskan biaya yang dimulai dari Rp4.000.000,00.
Terakhir, rumah tapak alias landed house. Untuk rumah, rata-rata yang saya temui biaya sewanya dihitung per tiga bulan, per enam bulan atau per tahun. Di 2018, saya sempat menyewa landed house di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan biaya Rp25.000.000,00/tahun, dua kamar, dan kosong (tidak full furnished). Ada juga yang saya temui biaya sewanya Rp5.000.000,00 per tiga bulan. Dari apa yang saya survey, semakin bagus jalan di depan rumah alias bisa dilewati mobil, maka akan semakin mahal harganya. Harga sewa rumah di pinggir Jakarta tentu akan lebih murah. Sebagai perbandingan, suami saya pernah bertanya ke beberapa temannya yang tinggal di Bogor, Depok dan Tangerang. Contohnya, biaya sewa rumah di Depok ada yang “cuma” Rp18.000.000,00/tahun dan lebih luas dibanding rumah yang kami sewa di 2018 lalu serta jalan depan rumahnya yang juga cukup lebar. Ada juga biaya sewa rumah di BSD yang hanya Rp500.000,00 per bulannya. Semakin murah maka akan semakin jauh dari kota. Jadi, untuk yang berniat mencari sesuap nasi di Jakarta, tentukan dulu mau tinggal di dekat kantor atau di pinggir Jakarta yang jarak tempuh ke kantor tentu akan menjadi semakin jauh.
3. Biaya Happy Happy
Saya dan suami menyebut biaya happy happy alias lifestyle. Karena gaya hidup, tentu saja tidak ada patokannya. Semua bergantung dari kebiasaan, keinginan dan berapa persen yang mau digunakan dari total pendapatan per bulannya. Sebagai contoh, saya dan suami memutuskan budget happy happy sekitar 10% per bulan dari total pendapatan per bulannya.
4. Tagihan
Untuk kami berdua yang tidak mempunyai utang konsumtif, tagihan kami hanya berkisar di listrik (karena tempat tinggal sudah termasuk tagihan air), pulsa internet serta biaya berlangganan beberapa aplikasi berbayar.
5. Transportasi
Transportasi di Jakarta sudah beragam dan lengkap. Mulai dari ojek online, ojek pangkalan, taksi online, MRT, commuter line, TransJakarta, serta angkutan umum lainnya. Tidak ada patokan yang pasti karena jarak tempuh masing-masing juga berbeda, kan? Untuk yang punya kendaraan pribadi, jangan lupakan biaya bensin, parkir, serta maintenance kendaraannya.
Jadi, berapa biaya yang dibutuhkan untuk hidup berkeluarga di Jakarta per bulannya? Dari apa yang saya sampaikan, maka jawabannya adalah tergantung pilihannya. Ada teman saya dengan pendapatan Rp5.000.000,00 per bulan, ternyata bisa hidup di Jakarta (dengan catatan beliau masih single). Ada yang pendapatannya Rp30.000.000,00 per bulan tapi merasa kurang karena biaya lifestyle yang juga tinggi (efek baca ceritanya Jouska). Jadi, pilihan biaya hidupnya bermacam-macam, kan?^^
Terakhir, silakan buka Mamikos, Infokost dan Travelio untuk mencari tahu informasi mengenai kost, paviliun dan apartemen. Serta OLX untuk informasi sewa dan jual-beli landed house.
Untuk teman-teman yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, ada yang mau ditambahin, mungkin? 🙂
Tabik, Mutia.